Selasa, 14 April 2015

Apakah Niat sedekah bisa di tujukan kepada yg sudah meninggal ?

“Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya” (QS. 31: 14)

Ayat di atas sudah sangat cukup menjelaskan tentang betapa indahnya amalan berbakti kepada orangtua. Terlebih di dalam berbagai ayat, Alloh ta’ala menggandengkan perintah bertauhid atau meng-Esa-kan Dirinya dengan perintah berbakti kepada orangtua. “Dan Robb-Mu telah memerintahkan untuk tidak menyembah kecuali Dirinya, dan hendaklah berbuat baik kepada orangtua…” Maka, semakin agunglah amalan berbakti kepada orangtua ini.

Alhamdulillah, setiap muslim yang memahami pentingnya amal mulia ini, pasti akan senantiasa mengamalkannya. Baik ketika orangtuanya masih hidup, ataupun telah meninggal dunia.

Banyak amalan yang dilakukan oleh kita dalam berbakti kepada orangtua ketika mereka hidup, seperti mencium kening, mengecup tangan, menyeduhkan susu, memijat kaki, berbicara dengan lembut, bertanya kabar melalui sms, dan masih banyak lainnya dari amalan berbakti, yang itu semua, walaupun terkadang dianggap ringan, namun tentu sangat besar kedudukannya di sisi Alloh ta’ala. Itu yang kita lakukan ketika orangtua kita masih hidup, namun tentu berbeda keadaannya ketika orangtua yang kita cintai telah tiada? Banyak “pintu-pintu surga” yang tertutup seketika, dan hanya bersisa do’a-do’a yang kita ketahui yang dapat kita panjatkan. Padahal ketika orangtua meninggal, kebanyakan diantara kita semakin merasakan betapa besarnya jasa orangtua bagi kita, atau bahkan ada yang baru menyadari jasa besar tersebut, sehingga segala hal ingin kita persembahkan untuk membalas jasa-jasa mereka, termasuk salah satunya adalah keinginan untuk bersedekah atas nama mereka. Nah, berpahalakah, dan adakah tuntunannya dari Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam?

Pertanyaan ini setidaknya dapat dijawab dengan beberapa keterangan dari beberapa hadits berikut:

Seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Sesungguhnya ibuku meninggal dunia secara mendadak. Saya menduga, jika ia bisa bicara, ia akan bersedekah. Apakah ia bisa mendapatkan pahala jika saya bersedekah untuknya?” Beliau menjawab, “Ya.” (HR. Bukhari)

Ibnu Abbas memberitakan kepada kami bahwa Sa’ad bin Ubadah r.a. sedang tidak ada di tempat ketika ibunya meninggal. Ia berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya ibuku wafat, sedang saya tidak di sana. Apakah sesuatu berguna untuknya, jika kusedekahkan untuknya?” Beliau menjawab, “Ya.” Ia berkata, “Sesungguhnya saya persaksikan kepadamu bahwa kebunku Al Mikhraf menjadi sedekah untuk ibuku.” (HR. Bukhari)
Seseorang berkata kepada Nabi, “Sesungguhnya ayahku meninggal dunia dan tidak berwasiat, apakah sedekahku bisa menebus (kesalahan) nya?” Beliau menjawab, “Ya” (HR. Muslim)

Hadits tentang sedekah untuk orang tua yang sudah meninggal di atas menjelaskan kepada kita bahwasanya, sedekah untuk ibu ayah kita tatkala mereka telah tiada, dapat sampai dan berpahala untuk mereka. Walhamdulillah.

Jangan Ragu

Bagi Anda yang telah berniat untuk menunaikan sedekah untuk orang tua nya dalam rangka berbakti kepada mereka, baik ketika mereka masih hidup atau sudah tiada, maka laksakanlah segera. Namun, alangkah lebih baiknya jika Anda menyalurkan sedekah Anda pada tempat yang benar-benar tepat, sehingga hasilnya pun tidak hanya bernilai pahala semata, namun juga bernilai multi level pahala yang akan terus menerus membesar dan tercurahkan untuk kedua orangtua Anda tiada hentinya.

Maka di sini, kami dari Cinta Ibu dan Ayah mengajak dan mencoba memfasilitasi Anda bersedekah untuk orangtua dengan saluran yang paling tepat dan bermanfaat bagi umat.

Kamis, 09 April 2015

Nasehat buat anak

Assalamualikum Wr,Wb
Seringkali Rasulullah SAW mengingatkan agar kita berbakti kepada orang tua kita. Memuliakan dan mengabdi kepada mereka. Sehingga jika ada anak yang durhaka kepada orang tuanya maka ia adalah orang yang bakal sengsara didunia dan di akhirat. Dan termasuk dosa yang akan didahulukan hukumannya di dunia sebelum di akhirat adalah dosa durhaka kepada orang tua.

Untuk memupuk benih bakti seorang anak kepada orang tuanya adalah dengan sering-sering kita menghadirkan besarnya makna perjuangan orang tua terhadap anak-anaknya di saat sang anak masih kecil.

Sungguh suatu pengabdian yang tiada tandingnya. Orang tua rela sakit demi anak, tidak nyenyak tidur demi anak dan begitu seterusnya. Perjuangan demi perjuangan beliau jalani, pengabdian demi pengabdian beliau lalui semuanya adalah demi anak.


Akan tetapi kadang seorang anak terbawa dalam kelalaian akan semua yang telah diperjuangkan oleh orang tua. Sehingga ada seorang anak membentak orang tuanya atau bahkan dengan mudah memukul orang tuanya atau menyakiti hati orang tuanya dengan lidah dan tingkah lakunya. Yang ingin melihat manusia celaka di dunia dan di akhirat cukuplah melihat seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya.


Durhaka kepada orang tua kadang teramat halus sehingga tidak dirasakan oleh seorang anak akan tetapi ternyata seorang anak sudah berada pada hakekat kedurhakaan.


Seorang anak yang menghindar dari beban biaya rumah sakit untuk orang tuanya yang ditanggung oleh saudara-saudaranya. Disaat pembayaran biaya rumah sakit pura-pura tidak tahu atau menjauh untuk sementara dari keluarganya dengan berbagai alasan. Namun sebenarnya hanya ingin menghindar dari beban biaya pengobatan orang tuanya. Sungguh Allah Maha Tahu apa yang ada di hati sang anak durhaka ini. Sadarilah bahwa jika kita sakit seorang tua akan mengorbankan semua yang dimilikinya demi kesehatan kita.


Adalagi seorang yang durhaka dengan memanfaatkan kebaikan orang tua. Orang tuanya memang mencintainya dan berjuang untuknya. Menyekolahkannya hingga sang anak bisa berhasil dan mendapatkan pekerjaan yang nyaman, bersih dengan gaji tinggi. Sementara orang tuanya tetap tidak berubah sebagai seorang petani yang kulitnya disamping semakin hitam terbakar matahari juga semakin berkeriput dimakan usia. Akan teta
pi keberhasilan sang anak tidak merubah keadaan orang tuanya. Bahkan mungkin seorang anak dengan tanpa hati nurani telah menjadikan sang ibu babu di rumahnya yang mencuci bajunya dan menyiapkan makan sang anak. Sungguh ini adalah anak durhaka yang susah bertaubat sebab ia tidak sadar jika yang demikian itu adalah durhaka.

Adalagi durhaka yang tidak dirasakan oleh seorang anak. Yaitu dikala orang tua yang sudah keriput itu tidak lagi dianggap nyaman keberadaannya di meja makan bersama. Maka seorang tua pun dibuatkan meja kecil di ruang yang agak terpisah agar tidak menggangu. Dan hanya orang durhaka-lah yang menganggap orang tuanya mengganggu.


Cukuplah orang tua kita capek di saat kita masih kecil giliran kita sudah dewasa dan orang tua kita semakin lemah mari kita muliakan dan kita layani orang tua kita. Mengabdi berangkat dari hati yang tulus karena Allah SWT bukan hanya takut dihujat oleh masyarakatnya. Sebab ada orang mengabdi dan berlemah lembut kepada orang tuanya di depan teman dan tetangganya akan tetapi di saat tidak ada yang melihatnya maka pengabdian dan lemah lembut itupun hilang.


Wallahu a'lam bishshowab

Rabu, 08 April 2015

Allah Swt sebaik-baiknya penolong

Assalamualaikum "Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakal (Q.S Al Maidah: 11)

Terkadang kita heran dan mungkin bertanya saat kita dihindarkan dari sebuah hal celaka. Boleh jadi mungkin hal-hal buruk yang seolah mengancam kita tahu-tahu menjauh dari hadapan kita. Entah kita kecelakaan lalu kita selamat, entah kita dihadang masalah lalu kita bisa mengatasinya, entah pula kita dihadang begal seperti yang saat ini marak terjadi, lalu kita diselamatkan dari ancaman para begal tersebut? Bukan secara tiba-tiba ternyata pertolongan itu datang sahabatku, ternyata ada Sang Maha Penolong di balik kejadian-kejadian ini. Ialah Allah SWT. Empat tahun silam, Saya pernah mendapatkan marabahaya begal yang sempat menghadang dan menjatuhkan motor Saya sepulang lembur proyek riset kampus. Kala itu saya dihadang dan sempat dikepung beberapa gerombolan orang yang akan berniat jahat. Namun, Alhamdulillah Allah masih memberikan pertolongan-Nya dengan jalan yang sudah digariskan. Kala itu saya benar-benar merasa kecil dan lemah tanpa pertolongan-Nya.

Dalam Q.S. Al Maidah ayat 11 di atas jelas disebutkan bahwa salah satu nikmat yang Allah berikan kepada kita adalah kita dihindarkan dari prahara ataupun celaka dari tangan-tangan orang jahat. Mungkin yang sering terlintas dalam benak kita, kenikmatan itu adalah hal-hal yang kita dapatkan berupa kemudahan dan kebahagiaan dalam konteks bisa langsung dirasakan seperti kita mendapatkan kesehatan, waktu luang, kebahagiaan bersama keluarga dan masih banyak lagi. Namun ternyata tak cuma itu sahabatku, ada kenikmatan yang kadang jauh lebih berkesan namun kita kadang melupakannya. Yup, adalah nikmat pertolongan dari Allah SWT. Seperti yang disebutkan dalam ayat tersebut.

Terhindar dari hal-hal yang celaka tentu menjadi salah satu hal yang patut disyukuri, karena di situlah kita akan mendapatkan beberapa hikmah yang bisa kita ambil iktibarnya seperti berikut:

Kita Memang Lemah
Manusia sangatlah lemah, tak bisa berbuat apa-apa saat mungkin ia dalam suatu kondisi yang akan mencelakakan dirinya. Mungkin suatu ketika ditempatnya terjadi gempa bumi yang dahsyat, saat itu manusia tak berkutik dan mungkin hanya bisa berlari kesana-kemari untuk menyelamatkan diri. Pada titik nadzir itulah kita menyadari betapa lemahnya kita, dan mungkin kita akan malu dengan segala keangkuhan kita selama ini.

“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia dijadikan bersifat lemah” (Q.S. Annisa; 28)

Harapannya setelah kita mengetahui kalau kita memang lemah kita bisa lebih bersyukur dengan apa yang Allah berikan, lebih menghambakan diri kepada-Nya dengan segala kebesaran-Nya.

Allah, Sebenar-benarnya An-Nashr
Pada ketika kita lemah dan seolah berada di ujung tanduk kesulitan. Hanya ada satu dzat yang bisa menyelamatkan kita. An Nashr, ialah sang Maha Penolong. Tak lain dan tak bukan adalah Allah SWT. Dalam Alquran juga disebutkan saat itu kaum muslim diberikan kemenangan yang mutlak dalam fathul mekkah, saat itulah An-Nashr nya Allah pun berada dibalik layar. Turunnya pertolongan Allah bagi agama mereka. Dibukanya hati manusia untuk menerima agama ini lalu diperintahkannya mereka untuk bertasbih dan mensucikan Allah. Sebab itu semua adalah faktor keberhasilan. Ini adalah konteks pertolongan Allah yang relative cukup besar, belum lagi kalau kita mentaffakuri hidup kita selama ini, mungkin telah banyak pertolongan-pertolongan Allah yang hadir dalam diri kita namun kita tak menggubrisnya karena kita ditutupi sifat takabur dalam diri.
Dalam Q.S. An-Nashr: 1-3
Apabila Telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,
Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya dia adalah Maha Penerima taubat
Tawakkal adalah Senjata Pamungkas Seorang Muslim
”Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan jalan keluar, dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath Thalaaq: 2-3).

Sekuat apapaun ikhtiar kita, sekeras apapun doa-doa kita, semua hasil tentunya ada ditangan Sang Maha Berkehendak (Iradah). Inilah yang kemudian menghadirkan konsep tawakkal itu ada. Tawakkal juga merupakan bentuk perwujudan keyakinan kita bahwa penentu utama setiap kejadian itu adalah Allah SWT.

Tawakkal adalah benarnya penyandaran hati pada Allah SWT dengan maksud untuk meraih berbagai kemaslahatan dan menghilangkan bahaya baik dalam urusan dunia maupun akhirat, menyerahkan semua urusan kepada-Nya serta meyakini dengan sebenar-benarnya bahwa ‘tidak ada yang memberi, menghalangi, mendatangkan bahaya, dan mendatangkan manfaat kecuali Allah semata. Termasuk dalam setiap saat dan setiap waktu kita sepatutnya bertawakkal kepada Allah SWT dengan segala apa yang kita ikhtiarkan, bertawakkal pada saat kita mungkin dalam kondisi yang sulit dan berbahaya. Dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan memanjangkan tangan-Nya untuk memberikan bantuan kepada diri kita yang hina dan lemah ini. Dengan bertawakkallah diri ini akan merasa tenang dan ringan dalam menghadapi seberat apapun kondisi yang kita hadapi. Menjadi Pribadi Syukur Nikmat
Nikmat terhindar dari mara bahaya tentu menjadi suatu nikmat yang tak terbayangkan. Bayangkan saja mungkin suatu ketika kita terancam nyawa kita, namun karena Allah berkehendak lain, kita selamat dari suatu kejadian yang tidak kita inginkan. Ini menjadi hal yang patut kita syukuri. Kalaupun kita selama ini masih sulit untuk memulai menjadi insan yang senantiasa bersyukur, mungkin kita bisa mulai tersadar pasca kita mendapatkan nikmat berupa pertolongan dari Allah ini. Karena setiap kejadian yang kita alami pasti tak bias lepas dari anugerah dan nikmat-Nya.

Allah swt berfirman dalam Q.S Ibrahim ayat 7 yang artinya:

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Aku akan menambah nikmat-Ku kepadamu dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”

Sebagai seorang muslim yang baik, tentunya setelah kita mendapatkan nikmat-nikmat itu kita tidak malah terlena dalam kondisi kesenangan kita. Namun mari kita giatkan amal-amal kebaikan kita agar lebih meningkat ketimbang sebelumnya. Ibaratnya syukur akan menjadi kunci untuk membuka kenikmatan-kenikmatan yang jauh lebih besar. Namun hakikatnya tetap syukur sebagai bentuk terimakasih dan penghambaan kita kepada Allah.

Demikian sedikit ulasan tentang makna yang terkandung dalam Q.S Al Maidah: 11. Harus kita akui kita sebagai manusia yang lemah tentunya hanyalah mendamba pertolongan dari satu-satunya dzat yang Maha Penolong, An Nashr. Allah SWT. Percayalah, Allah akan selalu ada saat kita membutuhkannya, asalkan kita selalu dekat dengan-Nya. Berbahagialah orang-orang yang selalu dekat dengan-Nya karena hidupnya pasti akan dipenuhi dengan ketentraman dan ketenangan karena Penolong yang sebenar-benar Penolong ada selalu di dekatnya, Allah SWT.

Wallahu A’lam Bishawab.